Bali menjadi salah satu daerah di Indonesia yang kental dengan ritual kebudayaan baik ritual pernikahan ataupun kematian. Pada dasarnya, prosesi pernikahan adat Bali hampir sama dengan daerah lainnya. Namun sebelum itu, calon pengantin harus melakukan beberapa ritual.
Pernikahan menjadi momen yang membahagiakan bagi sepasang kekasih. Sebab pernikahan merupakan ibadah terpanjang, sehingga banyak pasangan kekasih menggelar pesta meriah. Salah satu adat pernikahan yang populer di Indonesia yaitu adat Bali.
Sebelum melangsungkan acara pernikahan, biasanya calon pengantin harus menentukan hari bahagia terlebih dahulu. Sebab masyarakat di zaman dahulu, masih percaya mitos. Meskipun zaman sudah modern, namun masyarakat Bali masih menjalankan ritual hingga saat ini.
7 Prosesi Pernikahan Adat Bali yang Cukup Populer
Sama halnya dengan kebudayaan Jawa, calon pengantin harus menghindari beberapa pantangan sebelum menggelar acara pernikahan. Hal ini bertujuan agar acara pernikahan berjalan dengan lancar. Berikut beberapa prosesi pernikahan adat Bali yang cukup populer:
1. Menentukan Hari Baik
Ketika akan menggelar acara pernikahan, biasanya keluarga dari calon pengantin akan menentukan hari baik. Hari baik sendiri memiliki arti yang jauh dari marabahaya dan petaka. Setelah terjadi kesepakatan, calon pengantin pria akan meminang calon mempelai wanita.
Lamaran atau meminang dalam bahasa Bali lebih populer dengan sebutan memadik. Setelah terjadi mengetahui hari baik untuk menggelar pernikahan, calon pengantin pria akan menjemput calon pengantin wanita. Kemudian calon pengantin wanita akan dibawa ke rumah.
2. Upacara Ngekeb
Bagi masyarakat Jawa tentu sudah tidak asing dengan upacara siraman sebelum resepsi. Selain masyarakat Jawa, masyarakat Bali juga tidak asing dengan prosesi siraman. Sebab di Bali terdapat prosesi siraman yang lebih populer dengan sebutan Upacara Ngekeb.
Meskipun hampir sama dengan upacara siraman Jawa, namun kedua adat tersebut tetap berbeda. Sebab calon pengantin wanita akan lulur terlebih dahulu menggunakan ramuan dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras.
Pada saat menjalankan ritual ini, calon pengantin wanita tidak boleh keluar rumah sampai rombongan calon suami menjemput. Sambil melakukan perawatan diri, calon pengantin bisa memperbanyak doa kepada Sang Hyang Widhi agar mendapat kebahagiaan dan Anugerah-Nya.
3. Prosesi Penjemputan Pengantin Wanita
Jika prosesi pernikahan di pulau Jawa berlokasi di kediaman pengantin wanita, maka pernikahan Bali justru berlangsung di rumah pengantin pria. Oleh karena itu, dalam adat Bali calon pengantin pria harus melakukan prosesi penjemputan pengantin wanita terlebih dahulu.
Sebelum keluar rumah, biasanya calon pengantin wanita akan memakai kain kuning tipis dari atas kepala sampai ujung kaki. Kain kuning tersebut menjadi simbol bahwa calon pengantin wanita telah menguburkan status lajangnya dan siap menjalani kehidupan rumah tangga.
4. Upacara Mungkah Lawang
Ketika menjemput calon istri, pengantin pria juga harus melakukan upacara Mungkah Lawang atau mengetuk pintu sebanyak 3 kali. Saat melangsungkan prosesi ini, rombongan calon pengantin pria akan mendapatkan iringan syair yang memiliki makna mendalam.
Kemudian pihak dari mempelai wanita akan membalas syur yang berisikan bahwa pengantin siap dijemput. Setelah mendapatkan persetujuan, calon pengantin wanita akan menemui calon istri dan menggendongnya sampai ke tandi.
5. Upacara Mekala-kalaan (Madengen-dengen)
Setelah upacara Mungkah Lawang selesai, biasanya kedua calon pengantin akan melakukan Upacara Mesegehagung. Tidak hanya itu saja, calon pengantin akan melakukan Upacara Mekala-kalaan (Madengen-dengen) untuk mensucikan kedua pasangan dari hal-hal negatif.
Biasanya prosesi ini berawal saat genta berbunyi. Kemudian kedua pengantin akan memutari sanggar pesaksi, kemulan, dan pengenteg sebanyak 3 kali. Tidak hanya itu saja, dan prosesi ini calon pengantin harus melakukan beberapa tradisi lain seperti jual beli dan memutus benang.
6. Upacara Mewidhi Widana (Natab Banten Beduur)
Prosesi pernikahan adat Bali yang selanjutnya yaitu Upacara Mewidhi Widana (Natab Banten Beduur). Ketika melaksanakan prosesi ini, biasanya kedua belah pihak akan merasakan keharuan sendiri. Sebab keluarga mempelai pengantin pria akan menyampaikan doa akan anggota baru.
Secara umum, upacara doa tersebut disampaikan kepada leluhur. Sebab di Bali masyarakat masih mempercayai keberadaan leluhur yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, tradisi ini terkenal dengan tradisi pamitan kepada para leluhur.
7. Upacara Mejauman (Ma Pejati)
Secara umum, prosesi ini berlangsung setelah kedua pasangan sah menjadi suami istri. Sesuai dengan adat Bali, pengantin wanita akan menjadi bagian dari keluarga besar mempelai pria. Oleh karena itu, setelah melangsungkan pernikahan keduanya melakukan upacara Mejauman.
Acara ini bertujuan untuk pamit kepada keluarga besar pengantin wanita terutama leluhur. Ketika melangsung upacara ini, biasanya keluarga dari pengantin pria akan membawa makanan berupa kue bantal, apem, sirih pinang, buah-buahan, lauk pauk, gula kopi dan lainnya.
Prosesi pernikahan adat Bali memang cukup populer di Indonesia. Sebab daerah ini masih kental terhadap ritual kebudayaan, sehingga prosesi tersebut masih ada di zaman modern. Terlebih tradisi tersebut turun temurun dari para leluhur.