
Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang kental akan Budaya Jawa. Bahkan, di daerah ini banyak mitos yang masih menjadi perbincangan. Tak jarang mitos di Yogyakarta terbukti adanya. Namun, tak sedikit masyarakat yang mulai meragukan keberadaan mitos di daerah ini.
Sama halnya dengan pantangan, mitos ada karena sebuah pengalaman sejarah yang terjadi di masa lalu. Bahkan, masyarakat Jogja sering menyebarkan keberadaan mitos tersebut ke turis mancanegara. Oleh karena itu, tidak heran jika kota ini kental dengan budaya Jawa.
Bagi Kamu yang berencana liburan di Yogyakarta, ada baiknya untuk menjaga sikap dan perilaku. Hal ini bertujuan agar Kamu tidak mengalami hal-hal buruk atau bahkan malapetaka. Mengingat, daerah ini kental dengan mitos atau pantangan yang tidak boleh Kamu langgar.
Daftar isi:
5 Mitos di Yogyakarta yang Populer di Kalangan Masyarakat
Pada dasarnya, mitos merupakan informasi yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Meskipun sumbernya belum terlalu jelas, namun banyak masyarakat yang mempercayainya. Berikut 5 mitos di Yogyakarta yang cukup populer di kalangan masyarakat Jawa, yakni:
1. Mengenakan Baju Hijau di Pantai
Keberadaan mitos yang satu ini tentu sudah tidak asing bagi masyarakat. Mitos ini berupa larangan mengenakan baju hijau terutama di daerah sekitar pantai Parangtritis. Hingga saat ini banyak masyarakat dan juga wisatawan luar kota yang mempercayainya.
Konon katanya, hijau merupakan warna kesukaan ratu Pantai Selatan yakni Nyi Roro Kidul. Jika wisatawan atau warga setempat menggunakan baju Hijau bisa terseret ombak pantai. Bahkan, jasad orang tersebut tidak akan bisa ditemukan dalam waktu yang cepat.
Untuk menghadiri hal-hal buruk, Kamu sebaiknya menghindari pakaian bewarna hijau. Meskipun belum ada penelitian yang menjelaskan tentang mitos ini, namun demi menjaga keselamatan pastikan untuk menghormatinya dan tidak melanggar ketentuan yang ada.
2. Pasar Gaib Gunung Merapi
