Baru-baru ini, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep mengenakan rompi ‘Putra Mulyono’ saat blusukan ke Tangerang, Banten. Hal ini sontak menjadi perbincangan di media sosial.
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai bahwa Kaesang ingin menyerang balik oknum-oknum yang sering mencemooh Presiden Jokowi. Sebab Mulyono merupakan nama kecil presiden Jokowi yang sudah populer di kalangan masyarakat
“Saya kira itu bagian dari cara Kaesang menyerang balik pihak-pihak yang selama ini mencemooh Presiden Jokowi karena apapun Mulyono itu adalah nama kecil Jokowi yang sudah lazim di ketahui oleh publik,” kata Adi kepada wartawan, Rabu (25/9).
Daftar isi:
Benarkah Rompi ‘Putra Mulyono’ Berkaitan dengan Cercaan Warganet?
Istilah Mulyono memang kerap menjadi buah bibir di kalangan masyarakat usai akun Fufufafa viral. Semenjak kedua istilah tersebut viral, banyak serangan yang mengarah pada Jokowi dan kedua putranya yakni Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep.
“Tapi belakangan istilah Mulyono itu seakan-akan menjadi bahan olok-olok, menjadi bahan cercaan kepada Jokowi yang dimana akhir kekuasaannya itu banyak sekali serangan-serangan yang mengarah ke Jokowi, termasuk juga ke keluarga besarnya, termasuk ke Kaesang, termasuk juga ke Gibran,” katanya.
Sebagai wujud serangan balik, Kaesang menggunakan rompi ‘Putra Mulyono’. Selain itu, rompi tersebut menjadi bukti bahwa Kaesang bangga menjadi putra Joko Widodo. Meskipun terkadang ia sering mendapatkan cibiran dari masyarakat.
“Oleh karena itu ketika Kaesang menggunakan kaos Anak Mulyono ini sebenarnya serangan balik kepada yang suka mencemooh, ngata-ngatain dan mem-bully Mulyono, bahwa Kaesang itu bangga jadi anaknya Mulyono, Kaesang itu bangga menjadi anak Jokowi sekalipun sering mendapatkan kritikan dan cibiran sana-sini sepanjang berkuasa di negara ini,” lanjutnya.
Rompi Kaesang sebagai Bentuk Komunikasi Politik
Lebih lanjut, Adi menjelaskan bahwa rompi ‘Putra Mulyono’ merupakan salah satu cara komunikasi politik dari Kaesang Pangarep. Komunikasi tersebut menjadi gaya anak muda dalam merespon cemoohan.
“Tapi bahasa komunikasi Kaesang ini kan di anggap sebagai bahasa yang sengaja melawan para pencemoohnya itu dengan gaya-gaya anak muda kekinian yaitu menggunakan objek cemoohan sebagai instrumen untuk nyerang balik,” jelasnya.
Menurut Adi, Gibran Rakabuming Raka pernah menerapkan cara tersebut saat menghadapi cemoohan masyarakat. Kala itu, cawapres terpilih pernah menggunakan jersey bertuliskan Samsul.
“Ketika Gibran dicerca dan diolok-olok soal asam sulfat yang disingkat Samsul, Gibran pun juga pakai kaus Samsul, bagi Gibran dia ingin menegaskan bahwa dia adalah Samsul, tapi Samsul calon wakil presiden dan terpilih sebagai wakil presiden. Artinya ini adalah serangan balik dengan menggunakan objek dan bahasa yang sering kali digunakan oleh para pengkritiknya itu,” tutur dia.
Reaksi PDIP saat Kaesang Pakai Rompi ‘Putra Mulyono’
Saat Kaesang menggunakan rompi tersebut, banyak pakar politik dan tokoh politik yang memberikan pendapat. Bahkan, Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat memandang langkah Kaesang tersebut tak lebih dari sekadar mode.
“Mulyono tuh sopo? Tanya ke Kaesang memang dia anak Mulyono apa bukan,” kata Djarot di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (25/9).
Lebih lanjut, Djarot justru menyinggung Kaesang soal dugaan gratifikasi. Sebab beberapa waktu lalu, Kaesang sempat menghebohkan publik usai ia dan sang istri melakukan liburan di Amerika menggunakan jet pribadi.
“Sekalian jelasin itu, kok, bisa nebeng ke Amerika, ya, enak banget, dong. Aku punya temen pengin juga nebeng ke Amerika, ya, kan,” tutur Djarot.
Pendapat Pakar Hukum Tata Negara soal Perilaku Kaesang
Sementara itu, pakar hukum tata negara dan akademisi Universitas Andalas, Feri Amsari menjelaskan bahwa upaya tersebut merupakan langkah politik. Bahkan tindakan tersebut merupakan respons pembalikan isu.
“Ini semacam kebiasaan merespons kritik publik terhadap proses politik dan penyelenggaraan negara yang alpa dari keluarga istana,” Ungkap Adi
“Karena pilihan kata-kata kritik publik itu tren, maka itu dimanfaatkan untuk membantu peningkatan tren juga terhadap langkah-langkah politik keluarga istana,” kata peneliti PushAm Universitas Andalas itu.
“Tapi, di sisi yang lain, ini bisa menjadi bumerang juga karena akan direspons sangat negatif. Betapa tidak pedulinya mereka terhadap kritik publik dan direspons dengan semacam upaya acuh tak acuh atau menertawakan kembali pengkritik keluarga istana dengan memakai baju atau jaket yang seolah-olah mengabaikan pilihan diksi kritik itu,” kata dia.
Blusukan Kaesang Pangarep ke Rumah Warga
Rompi ‘Putra Mulyono” viral usai Kaesang melakukan blusukan di Tangerang. Kaesang sengaja mendatangi salah satu rumah warga di Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang.
Melansir dari media sosial resmi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), kondisi rumah tersebut cukup memprihatinkan. Sebab atap rumah masih menggunakan campuran dedaunan nipah dan bekas spanduk. Bahkan lantai rumah masih berupa tanah tanpa semen ataupun keramik.
“Di Kabupaten Tangerang kami bukan pengambil kebijakan publik, tapi PSI akan membantu semampunya agar Bu Eva punya rumah yang lebih layak, kami akan perbaiki,” katanya mengutip dari Instagram PSI (@psi_id).
One Comment